MAKALAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), IMPLIKASI PEDAGOGIS
ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), DAN BATASAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA (ANAKES)
Kelompok 2:
Nama :
1. Syanti Dwi Cahyaningrum 201021500294
2. Yesi Permata Sari 201021500282
3. Rosi Arsinta 201021500328
4. Diyana Oktafiani 201021500281
5. Juwita Tantri Hardiningtyas 201021500285
6. M. Wildan 201021500305
Kelas : R7D
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2013
METODOLOGI ANALISIS
KONTRASTIF (ANAKON), IMPLIKASI PEDAGOGIS ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), DAN
BATASAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA (ANAKES)
A. Metodologi Analisis
Kontrastif (Anakon)
Anakon memiliki dua aspek, yakni
aspek linguistik dan aspek psikologis. Aspek linguistik berkaitan dengan
masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting: apa
yang akan dibandingkan, dan bagaimana cara memperbandingkan. Aspek psikologis
anakon menyangkut kesulitan belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara
menyampaikan bahan pelajaran.
Apabila kita ingin mengetahui
perbedaan antara dua bahasa, maka syarat pertama
ialah analisis secara deskriptif yang baik dan mendalam tentang
bahasa-bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam hal ini teori analisis dua
atau lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau dikontraskan itu harus
ditentukan pula.
Pengontrasan dua bahasa tidak mungkin
dilakukan secara menyeluruh. Ahli linguistik menganjurkan pendekatan polisistemik yang berdasarkan kepada asumsi bahwa bahasa
itu pada hakikatnya merupakan system of system. Bahasa merupakan satu
sistem itu mempunyai beberapa subsistem. Setiap subsistem mempunyai pula
kategori. Oleh karena itu, yang
dibandingkan hanyalah sistem kedua bahasa; misalnya, sistem fonologi, sistem
morfologi. Salah satu metode ialah memilih dan menetukan unsur dari subsistem
dan kategori tertentu untuk dibandingkan.
Syarat kedua dari analisis kontrastif ialah sifat penjelas dan bukan
komponen bahasa yang dikontraskan itu bedasarkan pengalaman bahwa komponen atau
unsur itu memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa pelajar B2. Dengan
sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada bagian-bagian
tertentu mengenai bahasa-bahasa yang hendak dibandingkan.
Setelah secara umum dilakukan
seleksi, maka hal yang utama dan penting ialah “keterbandingan” atau
“keterkontrasan”. Pernyataan yang muncul ialah bagaimana membandingkan atau
mengontraskan. Ada tiga cara yang mungkin ditempuh, yakni: (1) persamaan
struktural, (2) persamaan dalam terjemahan, dan (3) persamaan dalam struktur
dan terjemahan.
Metodologi yang penulis kemukakan dan
daftarkan di atas hanya usaha teoritis. Akan tetapi, dalam kenyataan analisis
kontrastif dan penggunaannya dalam pengajaran bahasa tetap berlangsung terus
dengan pelbagai variasi berdasarkan pengalaman guru. Menurut penulis, satu
analisis kontrastif yang berhasil dalam kelas atau pengajaran bahasa secara
praktis memerlukan guru yang berpengalaman dalam dua bahasa, yakni bahasa
sumber dan bahasa ajaran.
Apabila dibandingkan dengan aspek
linguistik dalam Anakon maka dapat dikatakan bahwa aspek psikologis kurang
mendapat perhatian. Aspek psikologis ini kurang dikembangkan. Hal ini pulalah
yang menjadi salah satu kelemahan Anakon. Akibatnya, pembicaraan mengenai
metodologi Anakon dari sudut pandang aspek psikologis juga tidak begitu
mendalam. Perbedaan B1 dengan B2 yang akan dipelajari siswa menimbulkan
kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini disusun secara runtut menurut jenjang
kesulitannya. Kemudian disusunlah bahan pengajaran berdasarkan kesulitan
belajar tersebut. Bahan inilah yang diajarkan kepada para siswa. Pengenalan
bahan pengajaran lebih memungkinkan guru memilih cara penyampaian yang paling
tepat. Untuk menumbuhkan kebiasaan ber-B2 digunakan cara peniruan, latihan, dan
penguatan. Peniruan biasanya dilakukan dalam pelafalan fonem, kata atau
kalimat, mungkin juga dalam tekanan kata dan tekanan kalimat. Latihan runtutan
atau drill biasanya dilaksanakan
dalam pola-pola kalimat; sedangkan penguatan dapat dalam bentuk hadiah atau
hukuman.
B. Implikasi Pedagogis
Analisis Kontrastif (Anakon)
1.
Penyusunan materi pengajaran
berdasarkan perbedaan hal-hal B1 dan B2.
Anakon menyarankan agar penyusunan bahan
pengajaran B2 didasarkan kepada hasil perbandingan struktur B1 dan B2 yang
dipelajari siswa. Hal ini disarankan agar siswa dapat memahami dengan mudah.
2.
Penyusunan tata bahasa
pedagogis berdasarkan teori linguistik yang dianut.
Tata
bahasa pedagogis harus sederhana, mudah dipahami dan digunakan oleh para siswa
dan guru bahasa.
3.
Penataan kelas secara terpadu:
B1 dipakai sebagai pembantu dalam pengajaran B2.
Penataan
terpadu, di mana bahasa ibu siswa digunakan sebagai bahasa pengantar pembantu
di samping B2. Penataan terpadu ini, walaupun tidak diterima oleh para
penentang Anakon, digunakan oleh Anakon. Alasan penggunaannya, karena banyak
bukti menunjukkan hasilnya baik.
4.
Penyajian materi peljaran yang
langsung
a.
Memberikn latihan intensif
terhadap hal yang berbeda.
b.
Menganjurkan cara mengatasi
interferensi.
c.
Menunjukkan hal B1 yang
menganggu B2.
d.
Memperlihatkan perbandingan B1
dan B2.
C. Batasan Analisis Kesalahan
Ahli
pengajaran bahasa yang mengemukakan bahwa Anakes mempunyai langkah-langkah yang
meliputi:
1.
Pengumpulan sampel yaitu,
mengumpulkan data yang didapatkan dari siswa untuk dijadikan contoh.
2.
Pengidentifikasian kesalahan
yaitu, mengidentifikasikan masalah apa saja yang muncul dan berkaitan dengan
kesalahan berbahasa siswa.
3.
Penjelasan kesalahan yaitu,
menjelaskan kesalahan-kesalahan berbahasa
yang dibuat oleh siswa.
4.
Pengklasifikasian kesalahan,
yaitu suatu proses atau cara dalam mengelompokkan kesalahan berbahasa siswa.
5.
Pengevaluasian kesalahan,yaitu
suatu proses penilaian dalam menganalisis suatu kesalahan berbahasa.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut dapat
kita susun batasan atau definisi yang
berbunyi “Analisis Kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa
digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel,
pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan
tersebut, pengklasifikasian, kesalahan
itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf
keseriusan kesalahan itu”(Ellis, 1986 : 296).
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran
Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 2011. Pengajaran Analisis Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Parera, Jos Daniel. 1997. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa,
Analisis
Kontrastif Antarbahasa, dan Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar