Senin, 31 Maret 2014

Tugas Anakes




Copy of LOGOUNINDRA
MAKALAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), IMPLIKASI PEDAGOGIS ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), DAN BATASAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA (ANAKES)

Kelompok 2:
Nama :
1.      Syanti Dwi Cahyaningrum                 201021500294
2.      Yesi Permata Sari                                201021500282
3.      Rosi Arsinta                                        201021500328
4.      Diyana Oktafiani                                201021500281
5.      Juwita Tantri Hardiningtyas               201021500285
6.      M. Wildan                                           201021500305

Kelas :       R7D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
          UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2013





METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), IMPLIKASI PEDAGOGIS ANALISIS KONTRASTIF (ANAKON), DAN BATASAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA (ANAKES)

A.    Metodologi Analisis Kontrastif (Anakon)

Anakon memiliki dua aspek, yakni aspek linguistik dan aspek psikologis. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting: apa yang akan dibandingkan, dan bagaimana cara memperbandingkan. Aspek psikologis anakon menyangkut kesulitan belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara menyampaikan bahan pelajaran.

Apabila kita ingin mengetahui perbedaan antara dua bahasa, maka syarat pertama ialah analisis secara deskriptif yang baik dan mendalam tentang bahasa-bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam hal ini teori analisis dua atau lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau dikontraskan itu harus ditentukan pula.

Pengontrasan dua bahasa tidak mungkin dilakukan secara menyeluruh. Ahli linguistik menganjurkan pendekatan polisistemik  yang berdasarkan kepada asumsi bahwa bahasa itu pada  hakikatnya merupakan system of system. Bahasa merupakan satu sistem itu mempunyai beberapa subsistem. Setiap subsistem mempunyai pula kategori. Oleh karena itu,  yang dibandingkan hanyalah sistem kedua bahasa; misalnya, sistem fonologi, sistem morfologi. Salah satu metode ialah memilih dan menetukan unsur dari subsistem dan kategori tertentu untuk dibandingkan.

Syarat kedua dari analisis kontrastif ialah sifat penjelas dan bukan komponen bahasa yang dikontraskan itu bedasarkan pengalaman bahwa komponen atau unsur itu memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa pelajar B2. Dengan sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada bagian-bagian tertentu mengenai bahasa-bahasa yang hendak dibandingkan.

Setelah secara umum dilakukan seleksi, maka hal yang utama dan penting ialah “keterbandingan” atau “keterkontrasan”. Pernyataan yang muncul ialah bagaimana membandingkan atau mengontraskan. Ada tiga cara yang mungkin ditempuh, yakni: (1) persamaan struktural, (2) persamaan dalam terjemahan, dan (3) persamaan dalam struktur dan terjemahan.

Metodologi yang penulis kemukakan dan daftarkan di atas hanya usaha teoritis. Akan tetapi, dalam kenyataan analisis kontrastif dan penggunaannya dalam pengajaran bahasa tetap berlangsung terus dengan pelbagai variasi berdasarkan pengalaman guru. Menurut penulis, satu analisis kontrastif yang berhasil dalam kelas atau pengajaran bahasa secara praktis memerlukan guru yang berpengalaman dalam dua bahasa, yakni bahasa sumber dan bahasa ajaran.

Apabila dibandingkan dengan aspek linguistik dalam Anakon maka dapat dikatakan bahwa aspek psikologis kurang mendapat perhatian. Aspek psikologis ini kurang dikembangkan. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu kelemahan Anakon. Akibatnya, pembicaraan mengenai metodologi Anakon dari sudut pandang aspek psikologis juga tidak begitu mendalam. Perbedaan B1 dengan B2 yang akan dipelajari siswa menimbulkan kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini disusun secara runtut menurut jenjang kesulitannya. Kemudian disusunlah bahan pengajaran berdasarkan kesulitan belajar tersebut. Bahan inilah yang diajarkan kepada para siswa. Pengenalan bahan pengajaran lebih memungkinkan guru memilih cara penyampaian yang paling tepat. Untuk menumbuhkan kebiasaan ber-B2 digunakan cara peniruan, latihan, dan penguatan. Peniruan biasanya dilakukan dalam pelafalan fonem, kata atau kalimat, mungkin juga dalam tekanan kata dan tekanan kalimat. Latihan runtutan atau drill biasanya dilaksanakan dalam pola-pola kalimat; sedangkan penguatan dapat dalam bentuk hadiah atau hukuman.

B.     Implikasi Pedagogis Analisis Kontrastif (Anakon)
1.     Penyusunan materi pengajaran berdasarkan perbedaan hal-hal B1 dan B2.
     Anakon menyarankan agar penyusunan bahan pengajaran B2 didasarkan kepada hasil perbandingan struktur B1 dan B2 yang dipelajari siswa. Hal ini disarankan  agar siswa dapat memahami dengan mudah.
2.     Penyusunan tata bahasa pedagogis berdasarkan teori linguistik yang dianut.
Tata bahasa pedagogis harus sederhana, mudah dipahami dan digunakan oleh para siswa dan guru bahasa.
3.     Penataan kelas secara terpadu: B1 dipakai sebagai pembantu dalam pengajaran B2.
Penataan terpadu, di mana bahasa ibu siswa digunakan sebagai bahasa pengantar pembantu di samping B2. Penataan terpadu ini, walaupun tidak diterima oleh para penentang Anakon, digunakan oleh Anakon. Alasan penggunaannya, karena banyak bukti menunjukkan hasilnya baik.
4.     Penyajian materi peljaran yang langsung
a.       Memberikn latihan intensif terhadap hal yang berbeda.
b.      Menganjurkan cara mengatasi interferensi.
c.       Menunjukkan hal B1 yang menganggu B2.
d.      Memperlihatkan perbandingan B1 dan B2.

C.    Batasan Analisis Kesalahan
                        Ahli pengajaran bahasa yang mengemukakan bahwa Anakes mempunyai langkah-langkah yang meliputi:
1.    Pengumpulan sampel yaitu, mengumpulkan data yang didapatkan dari siswa untuk dijadikan contoh.
2.    Pengidentifikasian kesalahan yaitu, mengidentifikasikan masalah apa saja yang muncul dan berkaitan dengan kesalahan berbahasa siswa.
3.    Penjelasan kesalahan yaitu, menjelaskan  kesalahan-kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa.
4.    Pengklasifikasian kesalahan, yaitu suatu proses atau cara dalam mengelompokkan kesalahan berbahasa siswa.
5.    Pengevaluasian kesalahan,yaitu suatu proses penilaian dalam menganalisis suatu kesalahan berbahasa.

           Berdasarkan langkah-langkah tersebut dapat kita susun batasan atau definisi yang  berbunyi “Analisis Kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian,  kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”(Ellis, 1986 : 296).
           
















DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:  
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 2011. Pengajaran Analisis Berbahasa. 
Bandung: Angkasa.
Parera, Jos Daniel. 1997. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa,
Analisis Kontrastif Antarbahasa, dan Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:  Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar